Faktor
Lingkungan Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
BAB
I
(PENDAHULUAN)
Dalam usaha budidaya harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman secara ekologi, baik faktor biotik dan abiotik di
lingkungan tumbuh tanaman tersebut. Faktor biotik adalah faktor hidup yang
meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor
abiotik, yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara, cahaya,
matahari dan sebagainya. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai produsen,
hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan sebagai
dekomposer. Tanaman dalam kondisi alamiah maupun dibudidayakan dengan pertanian
seringkali mengalami stres akibat kondisi lingkungan (environmental stresses).
Stres biasanya didefinisikan sebagai faktor luar yang tidak menguntungkan yang
berpengaruh terhadap tanaman.
Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan.
Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk
berbunga dan menghasilkan benih. Kebanyakan speises tidak akan memasuki masa
reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai
tahapan yang matang untuk berbunga. Pertumbuhan suatu tanaman yang diproduksi
akan selalu dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar dari tanaman itu
sendiri. Faktor dalam dari taman itu adalah genetika dari tanaman tersebut yang
terekspresikan melalui pertumbuhan sehingga diperoleh hasil, sedangkan faktor
luarnya adalah faktor biotic maupun abiotik yang meliputi unsur – unsur yang
menjadi pengaruh pada kualitas dan kuantitas produksi alam, antara lain iklim,
curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya, kesuburan tanah, serta ada tidaknya
hama dan penyakit. Oleh sebab itu, mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman tentunya menjadi sangat bermanfaat. Untuk dapat
memanfaatkan unsur – unsur tersebut secara optimal maka perlu adanya perlakuan
khusus pada tanaman tersebut, antara lain pengolahan tanah, pemilihan bibit atau
varietas unggul, pengaturan kebutuhan benih pada petak, pengaturan jarak tanam,
pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi, pengendalian hama dan penyakit,
hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau produksi pertanian.
BAB
II
(ISI)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dibedakan menjadi dua, yaitu faktor biotic dan abiotik :
1.
Faktor Abiotik
Faktor abiotic yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu iklim (unsur
– unsur iklim seperti cahaya, angin, kelembaban, dan suhu), tanah, air, nutrisi
dan ruang.
a.
Iklim
Faktor
iklim sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanaman
ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan
kondisi iklim setempat. Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa
secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Pembagian daerah iklim
tersebut adalah:
-
Daerah panas/tropis
Tinggi
tempat : 0 – 600 m dari permukaan laut.
Suhu
: 26,3o C – 22o C.
Tanaman
: padi, jagung, kopi,
tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat.
-
Daerah sedang
Tinggi
tempat : 600 m – 1500 m dari permukaan laut.
Suhu
: 22 o C – 17,1 o C.
Tanaman
: padi, tembakau, teh, kopi,
coklat, kina, sayur-sayuran.
-
Daerah sejuk
Tinggi
tempat : 1500 – 2500 m dari permukaan laut.
Suhu
: 17,1 o C – 11,1 o C.
Tanaman
: kopi, teh, kina,
sayur-sayuran.
-
Daerah dingin
Tinggi
tempat : lebih dari 2500 m dari permukaan laut.
Suhu
: 11,1 o C – 6,2 o C.
Tanaman
: Tidak ada tanaman budidaya.
Unsur
– unsur iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu suhu, cahaya,
angin, dan kelembaban udara.
Ø
Cahaya
Cahaya
merupakan faktor utama sebagai energi dalam fotosintesis, untuk menghasilkan
energi. Kekurangan cahaya akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Kekurangan cahaya
pada saat pertumbuhan berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana
dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan daunnya
berukuran lebih kecil, tipis, pucat.
Pengaruh
cahaya bukan hanya tergantung kepada fotosintesis (kuat penyinaran) saja, namun
ada faktor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan dengan panjang
gelombangnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hendrick & Berthwick pada
tahun 1984, menunjukan cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah pada
spectrum merah dengan panjang gelombang 660nm.
Percobaan
dengan menggunakan spectrum infra merah dengan panjang gelombang 730nm
memberikan pengaruh yang berlawanan. Substansi yang merspon spectrum cahaya
adalah fitakram suatu protein warna pada tumbuhan yang mengandung susunan atom
khusus yang mengabsorpsi cahaya.
Ø
Suhu
Suhu
berpengaruh terhadap fisiologi tumbuhan antara lain bukaan stomata, laju
transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Suhu
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menghambat proses pertumbuhan.
Fotosintesis pada tumbuhan biasanya terjadi di daun, batang, atau bagian lain
tanaman. Suhu optimum (15°C hingga 30°C) merupakan suhu yang paling baik untuk
pertumbuhan. Suhu minimum (± 10°C) merupakan suhu terendah di mana tumbuhan
masih dapat tumbuh. Suhu maksimum (30°C hingga 38°C) merupakan suhu tertinggi
dimana tumbuhan masih dapat tumbuh. Peningkatan suhu sampai titik optimum
akan diikuti oleh peningkatan proses di atas
Setelah
melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik
maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim (enzim terdegradasi)
Peningkatan
suhu disekitar iklim mikro tanaman akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan
lengas tanah
Peranan
suhu kaitannya dengan kehilangan lengas tanah melewati mekanisme transpirasi
dan evaporasi
Peningkatan
suhu terutama suhu tanah dan iklim mikro di sekitar tajuk tanaman akan
mempercepat kehilangan lengas tanah terutama pada musim kemarau. Pada musim
kemarau, peningkatan suhu iklim mikro tanaman berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada daerah yang lengas tanahnya
terbatas.
Meningkatnya
konsentrasi CO2 diatmosfer sebenarnya berdampak positif terhadap proses
fisiologis tanaman, tetapi pengaruh positif CO2 dihilangkan oleh peningkatan
suhu atmosfer yang cenderung berdampak negatif terhadap proses fisiologis
tersebut
Pengaruh
positif peningkatan CO2 atmosfer : merangsang proses fotosintesis, meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan produktivitas pertanian tanpa diikuti oleh peningkatan
kebutuhan air (transpirasi).
Pengaruh
negatif peningkatan CO2: meningkatnya suhu iklim global, berdampak pada peningkatan
respirasi, menurunkan produktifitas tanaman. Peningkatan suhu menghilangkan
pengaruh positif dari peningkatan CO2.
Ø
Angin
Angin
merupakan unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur penguapan
atau temperature, membantu penyerbukan (lebih – lebih penyerbukan silang),
membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk, dan membawa gas – gas yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hal – hal tersebut ditinjau dari keuntungannya,
tetapi dari segi kerugiannya adalah tanaman bisa terbkar karena angin,
penyerbukan karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga tanaman
perlu diisolasi, dapat menyebarluaskan gulma, membawa serangga tertentu kemana
mana, dan angin yang kencang dapat merebahkan tanaman. Salah satu jalan untuk
mengatasi pengaruh buruk angin, ialah dengan jalan menanam pohon penahan angin
yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon perlindung.
Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200 meter dapat dilindungi
sehingga memperlambat kecepatan angin. Angin dengan kecepatan 4 – 5 sampai 6 -7
m / sec sudah tidak mampu untuk merobohkan tanaman. Angin mempengaruhi
transpirasi dengan bergeraknya uap air disekitar tanaman, sehingga memberikan
kesempatan terjadinya penguapan lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan
yang kuat bagi keseimbangan air, meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak.
Pertumbuhan vertical akan terbatas sesuai dengan kemampuan mengisap dan
mentransformasikan air ke atas untuk mengimbangi transpirasi yang cepat,
hasilnya mungkin akan membentuk tanaman yang kerdil.
Ø
Kelembaban
Kelembapan
ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan
terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kondisi
lembap dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap tumbuhan dan lebih
sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga
sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh bertambah besar. Pada
kondisi ini, faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang kurang.
Adapun untuk mengatasi kelebihan air, tumbuhan beradaptasi dengan memiliki
permukaan helaian daun yang lebar. Untuk pemecahan senyawa bermolekul besar
(saat respirasi) agar menghasilkan energi yang diperlukan pada proses
pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Tanah
Terdapat
3 fungsi tanah yang primer terhadap tanaman, yaitu :
-
Memberikan unsure-unsur mineral,
melayaninya baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempet persediaan.
-
Meberikan air dan melayaninya
sebagai reservoir
-
Melayani tanaman sebagai tempat
berpegang dan bertumpu untuk tegak
Tanah
merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan
penting dalam sikls pangan.susunan anorganik dalam tanah yang dibentuk dari
pelapukan padas dan pengkristalan mineral-mineral. Dapat digolongkan pada
liat,debu, pasir dan kerikil.komponen tambahan yang sangat penting adalah bahan
organic yang disebut humus. Kaitan hubungan tekstur dan struktur tanah terhadap
pertumbuhan tanaman sangat erat. Ada hubungan timbal balik antara komponen satu
dengan komponen yang lainnya. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh
tekstur dan struktur tanah. Dalam keadaan tanah yang memiliki tekstur yang
dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya
kecil. Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini,
pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk
melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah
dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah
melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit
mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu. Dalam keadaan
tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi
karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada
saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun
masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah,
tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena
pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu
beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini
tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya
unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis
yang semestinya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah dengan aerasi,
drainase, serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus
memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu
tumbuh dalam keadaan yang optimal. Selain tekstur tanah, faktor lain yang
memiliki kaitan yang erat dengan pertumbuhan tanaman adalah struktur tanah.
Pada struktur tanah, terdapat berbagai macam komponen yang dapat mempengaruhi
tumbuhnya suatu tanaman. Tanah mengandung berbagai macam unsur-unsur makro
maupun mikro yang berguna bagi tanaman. Dengan struktur tanah yang mantap
(terdapat bahan organik yang cukup, mikroorganisme yang menguntungkan satu sama
lain, dan pori-pori tanah cukup baik), maka aerasi (pertukaran O2, CO2, maupun
gas-gas lainnya di dalam tanah) akan mampu mencukupi kebutuhan tanaman terhadap
unsur-unsur tersebut. Sehingga, tanaman mampu melakukan proses metabolisme
dengan baik. Pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh agregat tanah (daya ikat
antara partikel-partikel dalam tanah).
c.
Air
Di
dalam tanah keberadaan air sangat diperlukan oleh tanaman yang harus tersedia
untuk mencukupi kebutuhan untuk evapotranspirasi dan sebagai pelarut,
bersama-sama dengan hara terlarut membentuk larutan tanah yang akan diserap
oleh akar tanaman.
Dalam
Buckman and Brady (1982) disebutkan bahwa keberadaan air berdasarkan
klasifikasi biologi air di dalam tanah ada tiga bentuk yaitu : air kelebihan,
air tersedia dan air tidak tersedia. Pada umumnya kelebihan air yang terikat
pada kapasitas lapangan tidak menguntungkan tanaman tingkat tinggi. Bila terlalu
banyak air, keadaannya merugikan pertumbuhan dan menjadi lebih buruk ketika
mencapai titik jenuh. Pengaruh buruk yang lain dari kelebihan air adalah
terlindinya unsur hara bersama gerakan air tersebut ke bawah. Pada tanah yang
bertekstur halus, hal ini mungkin hanya perpindahan unsur hara ke lapisan yang
lebih bawah dan tidak terlalu dalam sehingga masih dapat diserap oleh akar
tanaman.
Air
merupakan pembatas pertumbuhan tanaman karena jika jumlahnya terlalu banyak
menimbulkan genangan dan menyebabkan cekaman aerasi sedangkan jika jumlahnya
sedikit sering menimbulkan cekaman kekeringan.
d. Ruang
Hasil
analisis statistika pengujian pengaturan jarak tanam, populasi dan pengolahan
tanah memperlihatkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh sangat nyata
terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman. Perlakuan populasi
berpengaruh nyata sampai sangat nyata. Perlakuan pemupukan dan interaksi antara
ketiganya berpengaruh tidak nyata. Salah satu bentuk interaksi antara satu
populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain
adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu
mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan
berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang
berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya
terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan
persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang
sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air,
cahaya, nutrisi dan ruang. Ruang merupakan factor yang penting dalam persaingan
antar spesies karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi
tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan.
Faktor utama yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama
diantaranya adalah kerapatan.
Pengaruh
kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar
kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin
kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang
ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman
sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan
air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu diameter batang dan
tinggi tanaman tidak dapat tumbuh . Begitupun sebaliknya, jika kerapatan kecil
maka air dan nutrisi yang tersedia akan semakin besar dan kesempatan tanaman
untuk menyerap air dan nutrisi semakin besar, sehingga diameter batang dan
tinggi tanaman bisa tumbuh secara maksimal. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap
pertumbuhan akar dan tajuk yaitu semakin besar kerapatan tanaman, pertumbuhan
akar dan tajuk tanaman akan semakin kecil karena factor nutrisi dan air
akan diperebutkan oleh banyak tanaman yang sejenis.
e.
Nutrisi
Nutrisi
terdiri atas unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia sebagai sumber energi dan
sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama
pertumbuhan. Nutrisi umumnya diambil dari dalam tanah dalam bentuk ion dan
kation, sebagian lagi diambil dari udara. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam
jumlah yang banyak disebut unsur makro (C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg).
Adapun unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (B,
Mn, Mo, Zn, Cu, Cl). Jika salah satu kebutuhan unsur-unsur tersebut tidak
terpenuhi, akan mengakibatkan kekurangan unsur yang disebut defisiensi.
Defisiensi mengakibatkan pertumbuhan menjadi terhambat.
2.
Faktor Biotik
Faktor biotic yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yaitu makhluk hidup, seperti serangga di mana serangga ada
yang bersifat merugikan seperti hama, bakteri, penyakit, gulma, annelida
seperti cacing tanah.
a.
Serangga
Serangga
adalah organisme yang mendominasi rantai dan jejaring makanan dihampir semua
jenis ekosistem. Serangga merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam
ekosistem yang mempunyai peran yang tidak dapat dianggap kecil, sebab
kehadirannya mempumyai arti banyak bagi komponen lainnya, terutama bagi
tumbuhan dan organisme lainnya. Kelimpahan serangga dimuka bumi mencapai 80
persen dari total kelimpahan organisme lain. Sampai saat ini, lebih dari 1 juta
spesies serangga baik serangga darat maupun serangga yang hidup di air telah
berhasil diidentifikasi, dan para ahli yakin bahwa masih banyak spesies
serangga yang belum diidentifikasi. Melihat hal-hal tersebut, kita dapat
menduga bahwa serangga mempunyai peran ekologis dan ekonomis yang amat penting.
Secara ekologis, serangga berperan sebagai komponen rantai makanan sebagai
herbivora, karnivora, pengurai dan penyerbuk. Sementara itu, serangga dapat
menjadi hama, musuh alami, atau vektor penyakit tanaman, binatang, dan manusia.
Sebagian besar serangga adalah pemakan tumbuhan, dan menjadi serangga yang
merugikan atau biasa disebut hama. Banyak jenis ulat (larva kupu-kupu dan
ngengat) menjadi hama penting pada tanaman, misalnya belalang Locusta
migratoria adalah pemangsa rakus hampir segala jenis tumbuhan yang mereka temui
disepanjang jalan yang mereka lalui, Sexava sp. dan Aspidiotus destructor yang
menyerang tanaman perkebunan kelapa, dan banyak jenis yang lain. Secara
ekologis, serangga herbivora dapat berperan sebagai pengontrol kelimpahan
tumbuhan. Pada beberapa kasus, serangga herbivora dimanfaatkan untuk
mengendalikan pertumbuhan tumbuhan pengganggu (gulma). Lalat gall
Procecidochares connexa misalnya, digunakan untuk mengendalikan gulma siam
(Ewusie, 1990). Serangga juga berperan sebagai pemakan daging (karnivora), ada
yang bersifat menguntungkan yang sering kita kenal dengan musuh alami yaitu
serangga yang berperan sebagai predator dan parasitoid. Misalnya semut rangrang
adalah pemangsa banyak jenis ulat dan larva dari berbagai penggerek. Chilocorus
yang merupakan kumbang kubah (Coleoptera : Coccinellidae) yang memangsa
Aspidiotus destructor pada tanaman perkebunan kelapa. Musuh alami
tersebut akan mengontrol kelimpahan serangga inang atau mangsanya, sehingga
selalu berkisar pada ambang yang normal. Banyaknya pemangsaan dan parasitisme
yang dilakukan serangga terhadap hama dalam lingkungannya cenderung untuk
membatasi berlimpahnya spesies tertentu, sehingga mempersulit banyak spesies
untuk menambah kerapatannya (Ewusie, 1990). Serangga pengurai mempunyai peran penting
di alam. Misalnya, rayap dapat menghancurkan dan menguraikan kayu dan
bahan-bahan dari tumbuhan dengan bantuan protozoa dan bakteri pemecah selulosa
di dalam usus belakangnya, sehingga membantu mengubah sampah tumbuhan menjadi
bahan-bahan yang dapat digunakan kembali, baik oleh si rayap sendiri maupun
oleh tanah sebagai bahan penyubur. Beberapa contoh bakteri simbion pemecah
selulosa pada rayap adalah bakteri fakultatif Serratia marcescens, Enterobacter
aerogens, Enterobacter cloacae, dan Citrobacter farmeri yang menghuni usus
belakang rayap spesies Coptotermes formosanus (famili Rhinotermitidae) dan
berperan memecah selulosa, hemiselulosa dan menambat nitrogen. Sementara itu,
protozoa simbion yang hidup pada usus rayap C. formosanus, misalnya Pseudotrichonympha
grassi, Holomastigotoides hartmanni, dan Spirotricho. Sementara itu, bakteri
Bacillus cereus ditemukan pada usus kecoa Blaberus giganteus pemakan kayu.
Aktivitas rayap membuat sarang di dalam tanah juga membantu menggemburkan
tanah, sehingga pertukaran udara di dalam tanah menjadi lebih baik. Proses
penyerbukan pada tumbuhan oleh serangga disebut entomofili. Hubungan antara
serangga penyerbuk dengan tumbuhan yang diserbukinya kadang-kadang sangat erat
(bersifat obligat). Bersifat obligat maksudnya imago serangga berperan sebagai
penyerbuk namun stadia larva serangga berperan sebagai herbivora pada tanaman
yang diserbukinya. Selain itu ada juga serangga penyerbuk yang bersifat
fakultatif, yaitu serangga yang tidak mempunyai hubungan yang khas, maksudnya
serangga imago hanya sebagai penyerbuk, sedangkan stadia lain dari serangga
tersebut tidak sebagai herbivora pada tanaman yang diserbukinya. Contoh dari
serangga penyerbuk yang bersifat fakultatif adalah lebah atau tawon. Perhatikan
pada saat lebah madu mengunjungi bunga. Lebah madu sangat berperan aktif dalam
proses penyerbukan bunga sambil mencari cairan madu (nektar), mereka juga
mengumpulkan serbuk sari disekujur tubuhnya. Serbuk sari inilah yang secara
tidak sengaja akan menempel pada putik bunga lain yang dikunjunginya, sehingga
terjadilah penyerbukan, sehingga jika disuatu areal tanaman budidaya ditemukan
serangga ini maka memungkinkan sekali untuk membantu penyerbukan tanaman
budidaya.
b. Bakteri
Bakteri
berperan dalam siklus nitrogen, seperti bakteri nitrifikasi. Bakteri
nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari
senyawa amonia yang pada umumnya berlangsung secara aerob di dalam tanah.
Kelompok bakteri ini bersifat kemolitotrof. Nitrifikasi terdiri atas dua tahap
yaitu nitritasi (oksidasi amonia (NH4) menjadi nitrit (NO2-)) dan nitratasi
(oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3)). Dalam bidang pertanian,
nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan
oleh tanaman yaitu nitrat. Setelah reaksi nitrifikasi selesai, akan terjadi
proses dinitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri denitrifikasi. Denitrifikasi
sendiri merupakan reduksi anaerobik senyawa nitrat menjadi nitrogen bebas (N2)
yang lebih mudah diserap dan dimetabolisme oleh berbagai makhluk hidup. Contoh
bakteri yang mampu melakukan metabolisme ini adalah Pseudomonas stutzeri,
Pseudomonas aeruginosa, and Paracoccus denitrificans. Di samping itu, reaksi
ini juga menghasilkan nitrogen dalam bentuk lain, seperti dinitrogen oksida
(N2O). Senyawa tersebut tidak hanya dapat berperan penting bagi hidup
berbagai organisme, tetapi juga dapat berperan dalam fenomena hujan asam dan
rusaknya ozon. Senyawa N2O akan dioksidasi menjadi senyawa NO dan selanjutnya
bereaksi dengan ozon (O3) membentuk NO2- yang akan kembali ke bumi dalam bentuk
hujan asam (HNO2). Di bidang pertanian dikenal adanya suatu kelompok bakteri
yang mampu bersimbiosis dengan akar tanaman atau hidup bebas di tanah untuk
membantu penyuburan tanah. Kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah
bakteri pengikat nitrogen atau singkatnya bakteri nitrogen. Bakteri nitrogen
adalah kelompok bakteri yang mampu mengikat nitrogen (terutaman N2) bebas di
udara dan mereduksinya menjadi senyawa amonia (NH4) dan ion nitrat (NO3-) oleh bantuan
enzim nitrogenase. Kelompok bakteri ini biasanya bersimbiosis dengan tanaman
kacang-kacangan dan polong untuk membentuk suatu simbiosis mutualisme berupa
nodul atau bintil akar untuk mengikat nitrogen bebas di udara yang pada umumnya
tidak dapat digunakan secara langsung oleh kebanyakan organisme. Secara
umum, kelompok bakteri ini dikenal dengan istilah rhizobia, termasuk di
dalamnya genus bakteri Rhizobium, Bradyrhizobium, Mesorhizobium,
Photorhizobium, dan Sinorhizobium. Contoh bakteri nitrogen yang hidup
bersimbiosis dengan tanaman polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang
hidup di akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar.
c.
Penyakit
Gangguan
terhadap tanaman telah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Dalam sejarah telah
tercatat berbagai kejadian yang telah mempengaruhi perekonomian negara seperti
antara lain.
•
Penyakit daun kentang (Phytophtora infestans) di Irlandia pada pertengahan abad
ke 19.
•
Penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilangka, Indonesia dan
negara-negara sekitarnya pada akhir abad ke 19
•
Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans) di India, Srilangka, Indonesia dan
negara-negara disekitarnya pada pertengahan abad ke 20
•
Penyakit denegerasi pada jeruk yang lebih terkenal dengan CPVD pada tahun
1950-an.
Selain
itu masih banyak lagi penyakit yang menjadi bahaya potensial diwaktu yang akan
datang biak yang sekarang sudah berada di negara lain dan belum rnasuk ke
Indonesia atau sudah berada di negara kita, tapi rnasih tergolong penyakit yang
belum mempunyai arti ekonomi penting. Gangguan tersebut akan masih terasa jika
digunakan kultivar tanaman tertentu secara luas dengan teknologi maju. Banyak
diantara kultivar tanaman yang dapat berproduksi tinggi tidak tahan terhadap
penyakit-penyakit penting. Atau walaupun dapat diketemukan kultivar yang tahan
hanya terbatas terhadap satu atau beberapa macam penyakit saja sedangkan sering
terjadi, satu macam tanaman dapat terganggu pertumbuhannya oleh berbagai macam
penyakit. Gangguan penyakit tidak. saja terbatas di pertanaman, tetapi terdapat
pula diternpat penyimpanan, ditempat pemasaran dan sebagainya. Jadi akan sangat
berbahaya sekali usaha peningkatan produksi pertanian, tidak memperhatikan
terhadap kemungkinan adanya gangguan oleh penyakit tumbuhan.
Menurut
taksiran kasar di Amerika Serikat kehilangan hasil bahan makanan oleh gangguan
penyakit berkisar sekitar 6 - 20 persen. Sebagai contoh dapat dikemukakan
taksiran kerugian pada tahun 1965 oleh penyakit di Amerika Serikat setiap
tahunnya untuk berbagai komoditi pangan sebagai berikut:
-
Kentang
24%
-
Gandum
28%
-
Buah-buahan 30%
-
Jagung 15%
-
Kacang-kacangan
22%
-
Bunga-bungaan
15%
-
Tebu 14%
-
Padi 6%
Khusus
mengenai penyakit padi yang banyak merugikan di Amerika Serikat ialah cendawan
Piricularia oryzae kemudian menyusul busuk akar yang disebabkan oleh berbagai
patogen, Helminthosporium oryzae, Coshiobolus miyabeanus, Cercospora oryzae,
Leptospaeria salvini, Rhizoctonia oryzae, dan sebagainya.
Untuk
negara-negara Asia termasuk Indonesia besarnya kerugian produksi padi oleh
gangguan hama, penyakit dan tanaman pengganggu keseluruhannya berjumlah sekitar
57 persen sedangkan kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 10 persen. Diantara
negara Asia hanya Jepang yang telah dapat menekan kerugian oleh gangguan
tersebut hingga 13 persen termasuk kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 4
persen.
Jika
keadaan lingkungan memungkinkan untuk perkembangan penyakit, maka kerugian akan
lebih besar lagi sehingga dapat menggagalkan panen. Banyaknya kerugian karena
penyakit ini disebabkan antara lain, karena kemungkinan penggunaan benih yang
kurang baik, pemeliharaan tanaman yang tidak memadai, cara penyimpanan dan
pengangkutan ying kurang sempurna, serta kurangnya usaha penanggulangan
penyakit. Akibat dari kerugian penyakit tumbuhan tersebut tidak saja mempengaruhi
bidang ekonomi, tapi jika menyangkut kepentingan masyarakat luas akan
mengakibatkan ketenteraman hidupnya terganggu. Dengan demikian perlu selalu
diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dibidang produksi
pertanian termasuk gangguan yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.
d. Gulma
Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma
bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi
suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu
pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini
tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna
dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat
pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa
jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Gulma
secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan
suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya,
habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal
gilma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board
leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae
(poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak,
menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi
ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada
dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah
daun dan helaian daun., contoh gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine
indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi. Golongan teki-tekian
kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya hampir
mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya.
Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan
teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh
golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun
lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum.
Berdaarkan habita tunbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat
merupakan gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun,
dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau
dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides,
Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan
gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga,
yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes,
Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum),
dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria
spp).
e.
Cacing Tanah
Cacing
tanah mampu menghasilkan pupuk organik yang terbukti dapat memperbaiki kondisi
tanah sehingga lahan menjadi subur dan menjadikan tanaman lebih produktif. Cacing
tanah (Lumbricus rubellus) sering disebut “perut bumi” karena semua
mikroorganisme menguntungkan ada di perut cacing tanah. Karenanya, cacing tanah
berperan penting dalam mempercepat proses pelapukan bahan organik sisa. Dengan
kemampuannya memakan bahan organik seberat badannya sendiri setiap 24 jam,
cacing tanah mampu mengubah semua bentuk bahan organik menjadi tanah subur.
Kemampuan inilah yang dimanfaatkan petani untuk memperbaiki kesuburan lahan
pertaniannya. Cacing juga dapat membuat tanah menjadi lebih gembur sehingga
aerase serta draenase dalam tanah menjadi lebih baik.
BAB III
(KESIMPULAN)
1.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman dibedakan menjadi dua, yaitu faktor biotic dan abiotik.
2.
Faktor biotic yaitu makhluk hidup
seperti
-
serangga, di mana serangga ada yang
bersifat merugikan seperti hama
-
bakteri
-
penyakit
-
gulma
-
annelida seperti cacing tanah.
3.
Faktor abiotik yaitu :
-
iklim (unsur – unsur iklim
seperti cahaya, angin, kelembaban, dan suhu)
-
tanah
-
air
-
nutrisi
-
ruang.
4.
Untuk dapat memanfaatkan unsur –
unsur yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman secara optimal maka perlu
adanya perlakuan khusus pada tanaman tersebut, antara lain pengolahan tanah,
pemilihan bibit atau varietas unggul, pengaturan kebutuhan benih pada petak,
pengaturan jarak tanam, pengaturan pemupukan, pengaturan air irigasi,
pengendalian hama dan penyakit, hingga akhirnya diperoleh hasil panen atau
produksi pertanian. Tentunya kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan benar
jika kita mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar