Selasa, 02 Juli 2013

PENGENALAN HURUF ABSTRAK





Abstrak
Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia prasekolahdimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang optimal. PAUD yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Pendidikan Anak Usia Dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang. Metode Penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan terhadap 54   responden pada periode April 2009 di kelurahan Tinjomoyo kecamatan Banyumanik  Semarang. Hubungan Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah dianalisis dengan menggunakan  chi square corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah (p value=0,000). Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menentukan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Penting bagi orang tua mengetahui pentingnya peranan PAUD bagi perkembangan anak.

PENDAHULUAN
Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman­pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kira­kira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap­cakap) (Theo & Martin, 2004).

Hasil­hasil studi dibidang neurologi mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun (Osborn, White, dan Bloom). Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anak­anak usia dini. Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak  boleh  disia­siakan. Hal  itu  yang  memicu  makin  mantapnya anggapan bahwa  sesungguhnya pendidikan yang dimulai setelah usia SD tidaklah benar. Pendidikan  harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak  terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (martini, 2006).

Pendidikan anak usia dini (PAUD)  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir  sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) justru belum banyak mendapat perhatian. Saat ini, pendidikan usia dini baru diperoleh oleh sebagian kecil  anak  di Indonesia. Hasil pendataan Depdiknas  pada tahun 2002, baru 28 persen dari 26,1 juta anak usia 0­6 tahun yang mendapat pendidikan usia dini. Sebagian besar di antara mereka, yakni 2,6 juta, mendapatkan pendidikan dengan jalan  masuk ke Sekolah Dasar pada usia lebih awal. Sebanyak  2,5  juta  anak mendapat pendidikan di Bina Keluarga Balita (BKB), 2,1 juta anak bersekolah di TK atau Raidhatul Atfhal, dan sekitar 100.000 anak di kelompok bermain (play group). Rasio jumlah lembaga pendidikan dan anak usia dini diperkirakan 1:8. Data tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) belum cukup mendapatkan perhatian padahal kapasitas perkembangan kognitif anak sudah dapat terbentuk pada usia dini jauh dibawah usia sekolah (Enung, 2006).

Hal tersebut merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian dimana masih banyak pihak yang belum mengetahui pentingnya pendidikan anak usia bagi  perkembangan kognitif anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan keikutsertaan anak usia prasekolah dalam program PAUD dan perkembangan kognitif anak usia prasekolah serta untuk mengetahui hubungan Pendidikan Anak Usia Dini   (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. manfaat dari penelitian  ini adalah untuk memberikan masukan bagi pendidik PAUD untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga metode yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan anak, memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengikutsertakan anak  dalam program PAUD untuk merangsang perkembangan kognitif anak serta memberikan informasi bagi perawat untuk dapat mengaplikasikan ilmu keperawatan pada komunitas PAUD.

selengkapnya mengenai contoh penelitian tentang pendidikan anak usia dini (
download disini) gratis

itulah tadi artikel tentang Contoh Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini. semoga ada guna dan manfaatnya. Wassalam


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirnL1tNsQBx8U2P8Gddtv2lf1EBFIWMgbdDFJqrxfmzOchW2mfzmZ_z7Fdop7c5MO7Bb_auRfvhIYb5j3Z50ExDxKKKLvcvOPlWguw-YVlbs5WLpWH_XaoJ75J83H40lqRXPJfumZgH6A/s1600/contoh+penelitian+tentang+kelapa+parut.jpg


KAJIAN TEKNOLOGI PEMBUATAN KELAPA PARUT KERING YANG BERMUTU DAN BERDAYA SIMPAN TINGGI
Yuli Witono, Achmad Subagio, Wiwik S. Windrati, Yuli Wibowo dan Bambang H.P.
Dosen dan Peneliti pada Laboratorium Kimia & Biokimia Hasil Pertanian
Jurusan Teknologi Hasil Petanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Jl. Kalimantan I Jember, Telp. 0331-335232, Fax. 0331-321784, e-mail: ylwitono@yahoo.com












Abstrak
Penanganan buah kelapa dalam bentuk kelapa parut kering akan lebih awet, lebih mudah penanganan dan penggunaannya. Untuk mendapatkan kelapa parut kering yang mempunyai mutu dan daya simpan tinggi perlu ditelaah secara cermat pada setiap tahapan proses pembuatannya, yakni mulai dari preparasi (pra proses), proses, sampai pasca proses yang berpengaruh terhadap sifat-sifat kelapa parut kering yang dihasilkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelapa parut kering dengan sifat-sifat baik diperoleh dari proses pengeringan dengan suhu 700C selama 2 jam, melalui perlakuan blanching dan tidak perlu direndam dalam larutan sulfit, tetapi diperlukan proses pengerukan lapisan permukaan bagian dalam buah kelapa, dengan pengupasan testa cukup di udara terbuka. Umur simpan kelapa parut kering tersebut pada suhu kamar berkisar 17 minggu dengan konstanta penurunan mutu sebesar 0.042248. Panelis secara keseluruhan lebih menyukai kelapa parut kering yang disimpan pada suhu kamar hingga minggu ke-4 berdasarkan warna dan aromanya.



Kata kunci: kelapa parut kering, mutu, proses dan umur simpan.

1. Pendahuluan
Tanaman kelapa telah sejak ratusan tahun di kenal di seluruh kepulauan Nusantara. Kelapa merupakan salah satu penghasil bahan makanan yang sangat penting dalam kehidupan rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa 75% dari minyak nabati dan 8% dari konsumsi protein bersumber dari kelapa. Selain itu tanaman kelapa merupakan tanaman serba guna, yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia dan menghasilkan keuntungan (Palungkun, 2001; Suhardiyono, 1988). Oleh karena itu kelapa mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan dan perekonomian di Indonesia.

Luas areal pertanaman kelapa di Indonesia pada tahun 1982 sebagai berikut: pertanaman milik rakyat seluas 2.846.610 ha, milik swasta 57.401 ha dan negara 17.610 ha (Anonim, 1984). Dari data ini terlihat hampir seluruh pertanaman kelapa adalah tanaman milik rakyat/petani yang posisi ekonominya relatif rendah.

Kelapa hasil pertanaman rakyat sering mengalami fluktuasi baik jumlah maupun harganya. Pada saat kelapa melimpah, harganya akan mengalami penurunan sampai rendah sekali. Dalam kondisi seperti ini rakyatlah yang mengalami kerugian, sehingga perlu pemanfaatan yang optimal dari buah kelapa agar dapat meningkatkan nilai jual dari buah kelapa (Awang, 1991). Di samping itu upaya tersebut harus dapat menjamin daya simpan maupun kegunaannya, antara lain adalah diawetkan menjadi kelapa parut kering.

Kelapa parut kering (dessicated coconut) merupakan salah satu pemanfaatan buah kelapa, dimana buah kelapa dipotong-potong atau diparut kecil-kecil dan dikeringkan segera dengan warna tetap putih (Buda, 1981). Sebenarnya produk kelapa parut kering sudah lama diggunakan oleh konsumsen di Indonesia. Mengingat Indonesia memiliki sumber daya tanaman kelapa yang melimpah, maka produk kelapa parut kering akan menjadi peluang bagi pengembangan agroindustri kelapa.

Kelapa parut kering merupakan bahan perdagangan yang sangat dibutuhkan oleh dunia. Produsen terbesar produk ini adalah Filipina dan Srilangka dan negara-negara konsumen lainnya adalah Amerika Serikat, Jerman, Australia, Canada, Belanda, Denmark, Belgia dan Selandia Baru (Awang, 1991).

Warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dengan aroma atau rasa yang tidak berubah sehingga nantinya dalam pemanfaatannya dapat dihasilkan produk dengan kualitas yang baik (Grinwoods; 1985). Kelapa parut kering sendiri bisa dimanfaatkan untuk pembuatan roti, biskuit, manisan ataupun dapat diambil santannya. Untuk itulah perlu kajian lebih lanjut tentang tahapan-tahapan proses pembuatan kelapa parut kering agar dihasilkan kelapa parut kering dengan kualitas yang baik dan memiliki daya simpan tinggi.

Kelapa parut kering pada umumnya dibuat melalui serangkaian tahapan proses, dimana setiap tahapannya akan memberikan konstribusi terhadap mutu produk akhir dari kelapa parut kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan kelapa parut kering adalah timbulnya warna dan bau yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah, sedangkan warna kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering tersebut siap digunakan. Untuk itu perlu ditelaah secara cermat pada setiap tahapan proses pembuatan kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra proses), proses sampai pasca proses, sehingga didapat teknologi proses pembuatan kelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat yang lebih baik (bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk: mendapatkan teknologi pembuatan kelapa parut kering sehingga dihasilkan produk kelapa parut kering yang bermutu dan memiliki daya simpan tinggi. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap mutu kelapa parut kering, (2) mengetahui pengaruh stabilisasi secara fisis (tanpa bahan kimia pengawet) dan kemis (dengan bahan kimia pengawet) terhadap mutu kelapa parut kering, (3) mengetahui pengaruh pengerukan lapisan permukaan bagian dalam buah kelapa terhadap mutu kelapa parut kering, (4) mengetahui pengaruh pengupasan testa terhadap mutu kelapa parut kering, dan (5) menentukan daya simpan produk kelapa parut kering yang dihasilkan.

2. Metodologi
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dasar yang digunakan adalah buah kelapa yang sudah tua diperoleh dari "Pasar Tanjung" Jember. Sedangkan bahan kimia yang digunakan meliputi: larutan sulfit dan alkohol 95% dan 70% (spesifikasi teknis), aquades, NaOH 0,1 N, indikator PP 1%, petroleum benzen, NaOH 0,099%, ammonium thiocyanate 30%, ferreus cloride (20 mM in 3.5% HCl), asetat kloroform (3:2), BaCl2 (spesifikasi pro analisis) dan plastik pp diperoleh dari toko "Sumber Jaya", Jember (tebal 0.5 mm, lebar 13 cm, panjang 100m/cm).

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu (1) alat yang digunakan untuk membuat kelapa parut kering meliputi: parut, baskom, panci, pisau, loyang, oven, dan (2) alat yang digunakan untuk analisa meliputi: oven, neraca analitis (Ohaus GT 410, USA), color reader (CR-10 produksi Minolta Co. Ltd.-Japan), impulse sealer (Double Leopards, SP-300H), vortex Maxi Max 1 type 16700 (USA), sentrifuge (Yenaco model YC-1180T), spektronic (21D Milton Roy), eksikator, buret, pipet tetes, water bath, botol timbang, tabung soxhlet, erlenmeyer, beaker glass, gelas vakum, pompa vakum, corong, corong vakum, spatula dan penjepit.

Metode
Penelitian dilaksanakan secara bertahap sebagaimana tertera pada diagram alir (Gambar 1). Sedangkan parameter yang diamati sesuai tahap masing-masing penelitian meliputi: kadar air (Metode AOAC, Sudarmadji dkk., 1996), pengukuran warna (menggunakan Colour Reader), analisa free fatty Acid (FFA) (Mehlenbacher, 1960), analisa kadar lemak (Metode Soxhlet, Sudarmadji dkk., 1996), angka peroksida (Ferric Thiocyanate Analysis), penentuan shelf-life dari kelapa parut kering ini menggunakan metode ASS (Asselerated Shelf-life Study) dengan Model Persamaan Arrhenius (Syarief dan Hariyadi, 1993; Arpah, 1998) dan sifat organoleptik (metode deskriptif, Lawless and Heymann, 1998) yang meliputi: aroma, warna, kekempalan dan keseluruhan.

Selengkapnya mengenai
Contoh Penelitian Kelapa Parut diatas, silakan sobat jurnal pendidikan download, format pdf (klik disini)

Itulah tadi posting mengenai Contoh Penelitian Tentang Kelapa Parut. semoga ada guna dan manfaatnya. wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar