LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Kehidupan manusia sangat bergantung pada tumbuhan, begitu
pula pada makhluk lain yang tidak berhijau daun. Sedangkan tumbuhan dalam kehidupannya
sering dihadapkan pada berbagai gangguan, salah satunya adalah serangan dari
penyakit tumbuhan yang akan sangat berpengaruh terhadap hasil produksi. Adanya
penyakit tumbuhan sudah diketahui lama sebelum masehi, bahkan dilaporkan bahwa
penyakit telah ada sebelum manusia membudidayakan tanaman (Sinaga, 2003).
Analisis mengenai tingkat keparahan penyakit tumbuhan
serta keberadaan sangan dibutuhkan dalam mempelajari kehilangan hasil,
peramalan tingkat penyakit, dan sistem pengendalian yang harus dilakukan untuk meminimalisasi
kerugian yang disebabkan oleh serangan penyakit. Berat atau ringannya penyakit
dapat diklasifikasikan dalam tiga kriterium utama, yaitu insidensi penyakit (diseases insident), intensitas penyakit
(diseases severity), dan kehilangan
hasil (crop loss) (Sastrahidayat,2011).
Penilaian Penyakit yang dilakukan dalam praktikum ini
adalah dengan sistem skoring.
Penilaian penyakit ini penting dilakukan untuk menentukan
tingkat kepentingan suatu penyakit, peramalan dan pengambilan keputusan untuk
pengendalian yang akan dilakukan, evaluasi cara pengendalian, dan meprwdiksi
tingkat kehilangan hasil.
1.2.Tujuan
Tujuan praktikum
kali ini adalah untuk mempelajari cara penilaian keparahan penyakit,
mempraktikan metode-metode yang digunakan untuk menghitung persentase keparahan
penyakit, dan menaksir penyakit dalam hubungannya dengan kehilangan hasil yang
dikemukakan secara matematis.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Metode Pengukuran Intensitas Serangan
Untuk menggambarkan keparahan
penyakit biasanya dibuat dengan cara membagi kisaran antara bagian yang bebas
penyakit sampai terkena seluruhnya menjadi sejumlah kategori serangan atau
kelas-kelas serangan (Sastrahidayat, 2011).
Tabel 1. Sistem skoring keparahan
penyakit hawar batang bergetah oleh Dydimella bryoniae pada Semangka.
Skor (nilai)
|
Kriteria
|
1
|
Tidak
ada gejala
|
2
|
Daun
menguning (hanya indikasi tanaman sakit)
|
3
|
Gejala
ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%
|
4
|
Gejala
sedang, pada daun terjadi nekrosis 21 – 45%
|
5
|
Gejala
meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%
|
6
|
Gejala
ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%; dan adanya nekrosis pada petiole
dan batang sepanjang <3 mm
|
7
|
Gejala
sedang, pada daun terjadi nekrosis 21 – 45%; dan adanya nekrosis pada petiole
dan batang sepanjang 3 – 5 mm
|
8
|
Gejala
meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%; dan adanya nekrosis pada petiole
dan batang sepanjang >5 mm
|
9
|
Tanaman
mati
|
Sumber
: Gusmini et al dalam Sastrahidayat
(2011)
Mengingat sistem skoring ini belum
menunjukkan keparahan penyakit dalam bentuk persentase yang umumnya menjadi
panduan umum, maka dari skor yang didapat tersebut dikelompokkan menjadi sistem
numerik dengan mengggunakan rumus yang umum diacu dalam proteksi tumbuhan
(Anonim,1984) sebagai berikut:
I = Tingkat serangan
(%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor, N = jumlah sampel yang diamati,
Z = nilai skor tertinggi
Tabel 2. Sistem
skoring penyakit
Nilai skala
|
Tingkat kerusakan tanaman
(%)
|
0
1
2
3
4
5
|
Tidak ada gejala serangan
> 0 – 20
> 20 – 40
> 40 – 60
> 60 – 80
> 80 – 100
|
Sumber : (Lologau, 2006)
Pada dasarnya, jenis serangan penyakit dibedakan menjadi dua metode yaitu
metode non sistemik dan metode sistemik, sehingga rumus penghitungan intensitas
serangan adalah sebagai berikut:
a.
Non Sistemik
( Tidak Menyeluruh)
Keterangan :
I = Intensitas serangan ( % )
n = Jumlah tanaman yang memiliki kategori
skala kerusakan yang sama
v = Nilai skala
kerusakan dari tiap kategori serangan
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati
b. Sistemik
(menyeluruh)
I = Tingkat serangan
(%),
a = jumlah tanaman yang
terserang,
b = jumlah tanaman yang
diamati
BAHAN
DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
a.
Alat
1. Alat Tulis
1. Alat Tulis
2.
Alat hitung
b.
Bahan
Dalam praktikum tersebut bahan yang digunakan yaitu tanaman yang terkena penyakit.
Dalam praktikum tersebut bahan yang digunakan yaitu tanaman yang terkena penyakit.
2.2. Cara Kerja
Mengambil contoh
(sampel) tanaman pada petak tanaman dengan luas dan jumlah tanaman tertentu untuk mengukur intensitas
penyakit. Karena pengamatan pada seluruh populasi tanaman tidak efisien, tidak
praktis, dan bersifat destruktif.. Melakukan penilaian Intensitas penyakit
sesuai jenis penyakit dan tipe gejala serta kerusakan yang ditimbulkan dengan
menggunakan cara penghitungan atau pengukuran yang tepat.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
a. Hasil
Penghitungan keparahan penyakit :
Jenis serangan dibedakan menjadi dua kriteria yaitu serangan
secara non sistemik yaitu mekanisme serangan yang terjadi pada bagian tertentu
tanaman misalnya daun dan tidak menyeluruh di seluruh bagian tanaman, sehingga
tidak lantas menyebabkan tanaman mati. Sedangkan, serangan secara sistemik
yaitu seranagan penyakit yang langsung menyebabkan tanaman mati, di dalam suatu
lahan metode sistemik ini diterapkan dengan menghitung persentase tanaman yang
mati.
Pada praktikum epidemiologi penyakit tumbuhan, kami
membawa tanaman dengan jenis serangan secara sistemik dan non sistemik. Berikut
adalah hasil penilaian intensitas serangannya dari masing – masing kelompok:
Ø Kelompok I
Non-sistemik :
Dari
hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari 6 helai daun
yang dinilai, 4 helai daun mendapat skor 1, 1 helai daun mendapat skor 2 dan 1
daun mendapat skor 5.
= 36,67%
Sistemik
Pada
penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 7 dari 15 tanaman dalam suatu
petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga menyebabkan tanaman
mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan dihitung dengan rumus berikut:
=
46,67%
Ø Kelompok II
Non-sistemik
:
Dari
hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari
5 helai daun yang dinilai, 2 helai daun mendapat skor 1, 1 helai daun mendapat
skor 3 dan 2 daun mendapat skor 4.
= 65%
Sistemik
Pada penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 5 dari
25 tanaman dalam suatu petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga
menyebabkan tanaman mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan dihitung
dengan rumus berikut:
= 20%
Ø Kelompok III
Non-sistemik
:
Dari
hasil penilaian, diperoleh data sebagai berikut:
Dari
8 helai daun yang dinilai, 2 helai daun
mendapat skor 0, 1 helai daun mendapat skor 1, 3 daun mendapat skor 3 dan 2
daun mendapat skor 4.
Sistemik
Pada penilaian contoh serangan sistemik, terdapat 15 dari
30 tanaman dalam suatu petak yang terserang penyakit secara menyeluruh sehingga
menyebabkan tanaman mati. Sehingga pengukuran intensitas serangan dihitung dengan
rumus berikut:
= 50
%
Pembahasan
Pengukuran penyakit
seringkali masih bersifat subjektif sehingga dalammengkuantitatifkan penyakit
perlu dibuat standard diagram yang spesifik untuk masing-masing jenis tanaman,
patogen, penyakit, lokasi, dan bagian tanaman yang terserang, misalnya daun
muda, daun tua, atau keseluruhan daun (Sinaga, 2006). Diseases severity (DS)
atau intensitas penyakit adalah proporsi area tanaman yang rusak atau dikenai
gejala penyakit karena serangan patogen dalam satu tanaman. Intensitas penyakit
merupakan ukuran berat-ringannya tingkat kerusakan tanaman oleh suatu penyakit,
baikk pada populasi atau individu tanaman (Adnan, 2009).
Sangat penting bagi
kita untuk mengetahui seberapa parah intensitas penyakit yang ada pada suatu
area tanam dan menentukan tingkat serangan pertanaman dalam populasi. Oleh
karena itu terdapat beberapa metode untuk menghitung tingkat intensitas atau
keparahan penyakit. Dua diantaranya adalah metode kelas serangan (skoring) dan
metode proporsi langsung. Kedua metode ini cocok digunakan untuk
penyakit-penyakit yang menunjukkan gejala parsial (tidak sistemik), contohnya
bercak daun.
Metode kelas
serangan atau skoring menggunakan pembagian kelas atau skor dalam menilai skala
kerusakan tanaman. Terdapat lima kelas ditambah satu kelas 0. Pada daun jeruk
yang kami amati, penilaian tergantung dari seberapa luas (%) permukaan daun
yang terserang bercak lalu diberi skor sesuai dengan selang nilai kelas
serangannya. Metode proporsi langsung tidak menggunakan pembagian kelas
serangan atau skor.
Pada praktikum ini,
penghitungan intensitas serangan dilakukan dengan metode skoring. Dari hasil
perhitungan kelompok 1 diperoleh nilai I
= 36,6% pada contoh serangan secara sistemik dan I = 46, 66 % pada serangan
sistemik. Kelompok 2 mendapat hasil perhitungan I = 65 % untuk serangan non-
Sistemik dan I = 20 % untuk serangan sistemik. Sedangkan hasil perhitungan dari
kelompok 3 sebagai berikut I= 45% untuk serangan non-sistemik dan I = 50% untuk
serangan sistemik. Dari masing – masing perkitungan hasil tersebut kemudian
dapat ditafsirkan seberapa besar tingkat kehilangan hasilnya (Crop Loss) yaitu rata – rata 50 %.
KESIMPULAN
Penilaian
kehilangaan hasil dapat dilakukan dengan cara mengukur tingkat atau Intensitas
serangan suatu penyakit terhadap tanaman. Sedangkan pengukuran Intensitas
serangan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya yaitu dengan
metode skoring.
DAFTAR PUSTAKA
Sastrahidayat, R. I. 2011. EPIDEMIOLOGI TEORITIS PENYAKIT
TUMBUHAN. UB Press Universitas Brawijaya. Malang.
Lologau, Baso
Aliem. 2006. TINGKAT SERANGAN LALAT PENGOROK DAUN, Liriomyza huidobrensis (BLANCHARD) DAN KEHILANGAN HASIL PADA
TANAMAN KENTANG. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.
LAMPIRAN
Beberapa
contoh daun yang dihitung dengan skoring (Non – Sistemik)
Tanaman
Tomat yang dihitung dengan skoring (secara sistemik)
bagus beuddth
BalasHapus